BerandaEkonomi & BisnisInovasi Alat Budidaya Water Guard Ciptaan Petani Mojokerto, Otomatis Jaga Ketersediaan Air

Inovasi Alat Budidaya Water Guard Ciptaan Petani Mojokerto, Otomatis Jaga Ketersediaan Air

Pungging – Seorang pembudidaya cabai di Mojokerto, Yani Suharto (50) membuat terobosan yang mampu mengontrol kualitas air dan kelembapan tanaman hidroponik. Ini berguna untuk mengatur kelembaban dan menjaga akar tanaman tidak membusuk.

Yani menggunakan temuannya ini untuk budidaya tanaman cabai. Cabai yang diberdayakan adalah Cabai Carolina maupun Bhut Jolokia secara organik di dalam green house.

Temuan Yani ini membuat petani tidak perlu lagi menyiram kebun hidroponik karena alat ciptaannya akan mengisi air secara otomatis.

Hebatnya, alat ciptaan warga Desa Tempuran Kecamatan Pungging Mojokerto itu tanpa sangat sederhana dan tanpa menggunakan listrik.

Nama alat ini adalah water guard (penjaga air), karena secara otomatis dapat mengkontrol ketersediaan air.

Yani mengatakan, sistem pengairannya sama dengan metode auto pot. Hanya saja, ia menambahkan alat water guard bekerja secara otomatis.

Apabila air yang ada di dalam matras tanaman kurang dari 3 sentimeter (cm). Sebaliknya, apabila lebih dari 3 cm juga akan berhenti otomatis.

“Di dalam alat water guard itu ada sensor penjaga air, tanpa memakai aliran listrik,” katanya kepada Kabarmojokerto.id.

Ia menegaskan, menciptakan alat water guard murni untuk memudahkan petani mengontrol sistem pengairan. Alat ini membuat waktu yang dimiliki petani jadi lebih efektif. “Kita keinginan berkebun menjadi mudah,” pria kelahiran Surabaya itu.

Yani tidak sendiri menciptakan alat tersebut, ia mengkonsep dengan beberapa temannya. Perjalanannya bereksperiman memakan waktu 7 tahun. Sedangkan masa uji coba 5 tahun.

Sehingga, kata Yani, dirinya tidak perlu lagi menyiram manual. Ia dan dua orang karyawannya hanya perlu membersihkan daun-daun.

“Kalau ada daun-daun yang kering kita bersihkan pakai air. Biasanya kan ada juga kotoran meski sudah di area green house,” terangnya.

Memasuki masa uji coba itulah Yani mulai mengembangkan budidaya cabai Carolina Reaper dan Buth Jokolia dengan sistem hidroponik. “Selama lima tahun itu trial (uji coba). Sekarang sudah selesai. Sudah menemukan yang pas,” ungkapnya.

Kini, alat tersebut di produksi oleh PT Fath Agro Lestari miliki Kakak Yani. Pabrik tempat prdukssinya berada di Sidoarjo. Di Desa Tempuran Kecamatan Mojosari Mojokerto sebagai tempat uji coba alat sekaligus budidaya.

“Kita juga uji coba alat pada tanaman padi. Kalau ini berhasil tentunya solusi bagi para petani padi toh,” kata Yani.

Namun, sayangnya Yani belum menjual bebas dipasaran. Padahal sudah banyak yang tertarik dan minat dengan produk alat pengairan itu. Bahkan, ada salah satu kampus di Indonesia yang menawar lebel produknya dengan harga miliaran. Namun, Yani tidak tergiur. Tentu pikiran dan tenaga yang selama ini ia keluarkan tidak mudah diukur dengan uang.

Ia meyebut, jika sudah benar-benar siap, rencananya ia akan membandrol satu set alatnya dengan harga Rp 250 ribu.

“Ini belum bisa dibilang menguntungkan ya untuk saat ini. Modal saya dan keluarga sudah tak terhitung. Niat saya untuk memudahkan petani. Rencanaya nanti kita mengikuti pameran di Padang bulan Juni,” pungkas Yani.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular