BerandaEkonomi & BisnisProduksi Helm Anak Lucu dan Ber-SNI, Warga Mojokerto Buka Lapangan Kerja Beromzet...

Produksi Helm Anak Lucu dan Ber-SNI, Warga Mojokerto Buka Lapangan Kerja Beromzet Jutaan Rupiah

KABAR MOJOKERTO – Safety dalam berkendara menjadi salah satu poin penting yang harus diperhatikan oleh semua pihak, mengingat insiden kecelakaan menjadi penyumbang terbesar kematian di Indonesia.

Unsur safety dalam berkendara, khususnya bagi pengguna sepeda motor adalah dengan mengenakan helm. Helm menjadi bagian utama dalam safety riding dalam menjaga keselamatan berlalu lintas.

Di Mojokerto, terdapat seseorang yang berupaya mendorong terwujudnya safety reading bagi anak-anak. Masih jarangnya pilihan ragam helm untuk anak-anak, dijadikan peluang bisnis oleh Muhammad Kharis (35) warga Dusun/Desa Padangasri Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

Proses produksi helm di lokasi milik Kharis.

Kharis memproduksi helm aneka model dengan motif lucu, dengan mepekerjakan 16 warga Desa Padangasri. Terdiri dari 12 pemuda yatim, serta 4 ibu-ibu, janda dan penyandang tunawicara.

Dari tempat produksi yang dikerjakan di lingkungan rumahnya, omzet penjualannya rata-rata Rp 2,25 juta per hari. Jumlah ini tergolong sangat fantastis untuk kelas UMK Kabupaten Mojokerto yang menyentuh Rp 4,5 juta per bulan.

Dengan omzet puluhan juta perbulan, tak ayal Kharis mampu membantu ekonomi dan mempekerjakan belasan orang yang tergolong dari kalangan lemah. Dalam menjalankan usaha, manajerial Kahris berkonsep 4 pekerja perempuan khusus menjahit kulit luar dan lapisan dalam helm. Sedangkan para pemuda bagian merakit helm.

Mulanya, lokasi usaha Kharis adalah bengkel khusus pengecatan batok helm dan perakitan helm. Sehingga, untuk kualitas helm bisa dikatakan memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI).

“Batok helm sudah SNI karena saya datangkan dari pabrik,” kata Kharis memulai percakapan.

Kharis menjelaskan tahapan dan proses produksi helm. Yaitu setelah dilapisi dengan cat aneka warna, batok helm lebih dulu dilapisi dengan kulit sintetis atau CCI.

Permukaan kulit sintetis itu sudah dibubuhi gambar dan motif lucu kesukaan anak-anak dengan teknik printing. Selanjutnya di bengkel perakitan, tepian helm dipasangi bingkai yang juga berbahan CCI.

Proses produksi helm di lokasi milik Kharis.

Tahap selanjutnya yaitu bantalan sterofoam dan lapisan dalam helm dipasang. Kemudian pekerja memasang bantalan telinga kiri dan kanan, lalu sabuk helm. Tahap akhir adalah perakitan kaca penutup helm.

“Kapasitas maksimal produksi kami 100 helm per hari,” terang Kharis.

Setiap harinya, industri rumahan helm anak milik Kharis memproduksi beragam variasi motif yang paling laris bergambar Sincan, Kunfu Panda, Kapten Amerika, Spiderman, Tayo, Upin-Ipin, Pororo dan Hello Kitty.

Kharis juga mendesain helm anak sendiri yang berbeda dengan produsen lainnya. Yaitu helm kid animal cat, helm sincan polos dan model semi cat.

Model kid animal cat menggunakan kain bulu untuk lapisan luarnya sehingga lembut disertai dekorasi kuping kucing sehingga tampilannya lebih lucu.

“Saya desain model sendiri agar penjualan lebih tinggi karena beda dengan produk orang lain,” tuturnya.

Rata-rata Kharus mampu menjual 30 helm anak dan 15 helm dewasa setiap harinya. Pemasaran secara offline kepada para reseller di Mojokerto, Jombang, Semarang dan Balikpapan.

Sedangkan penjualan online ke berbagai daerah di Indonesia. Omzetnya saat ini rata-rata Rp 2.250.000/hari.

“Penjualan paling dominan helm anak-anak usia 4-12 tahun. Untuk harga dan kualitas kami bersaing, tapi kami punya model yang tidak banyak diproduksi,” terangnya.

Khusus anak-anak, Kharis memproduksi helm untuk lingkar kepala 50-58 cm. Ia mematoknya dengan harga Rp 30.000, Rp 35.000, Rp 50.000 dan Rp 70.000.

Besaran harga helm anak, tergantung motif dan kualitas bahan untuk lapisan luar dan dalam. Misalnya helm kid animal cat ia jual Rp 50.000, sedangkan motif semi cat atau perpaduan cat dan printing Rp 70.000.

Kharis yang dulunya montir dump truck, banting setir memproduksi helm anak sejak 2015. Sebelum itu, ia sempat belajar membuat helm anak dari kakak kandungnya yang juga warga Desa Padangasri.

Selain untuk mencari keuntungan, motivasi Kharis membuka bisnis sendiri sebab ingin mengurangi pengangguran di kampungnya.

“Ke depan, saya mau buka toko-toko di pinggir jalan menyediakan banyak motif dan model helm, juga melayani reparasi,” terangnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular