Bangsal – Agus Suyono, Seniman berusia 48 tahun asli Mojokerto ini menciptkan mahakarya Kota Raja Majapahit bernilai senilai tinggi. Jika dijual, harganya cukup fantastis, sekitar Rp 1 sampai 2 milyar.
Karya seni berupa miniatur pusat Kerajaan Majapahit dengan luas 240 x 122 cm persegi. Agus menyimpan karya seni itu di geleri miliknya sendiri, Galeri Sugaly Art. Lokasinya berada di jalur Mojokerto-Pasuruan. Tepatnya di depan Universitas Islam Majapahit (Unim), Desa Jabon, Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.
Kabarmojokerto.id berkesempatan melihat secara langsung, namun Agus melarang memotretnya. Sebab ia belum mempunyai hak cipta sehingga berisiko ditiru seniman lain.
“Hak cipta saya urus sejak 2017 sampai sekarang belum bisa. Alasan mereka (pemerintah) istana Majapahit belum ketemu sehingga tidak berani. Padahal keinginan saya hak cipta terhadap karya seninya,” kata Agus saat berbincang dengan Kabarmojokerto.id di galerinya, Sabtu (14/1/2023).
Warga Desa Pacing, Bangsal, Kabupaten Mojokerto itu melahirkan Mahakarya Kota Raja Majapahit tahun 2013. Miniatur Kota Raja Majapahit dibuat dengan potongan kayu jati kuno. Kayu jati kuno ia peroleh dari temannya yang merupakan kolektor gebyok dan mebel kuno.
Proses membuat karya bernilai seni tinggi itu tidaklah mudah. Agus menghabiskan waktu selama 3,5 bulan. Dalam rentan waktu itu, ia tidak hanya fokus di ruang produksinya. Namun juga berkeliling mengamati situs-situs bekas peninggalan Majapahit di Trowulan.
Tak hanya itu, Agus melibatkan ahli supranatural dan indigo untuk melakukan penerawangan. Sebab, ada situs tertentu yang letak dan bentuknya masih misteri. Seperti Istana Kerajaan Majapahit. Hasil dari pengamatan dan penerawangan itulah kemudian ditungan menjadi Mahakarya Kota Raja Majaphit.
Agus berencana, setelah mengantongi hak cipta, mahakarya ini akan ia ikutkan lelang. Uang hasil lelang hendak ia gunakan untuk membangun galeri seni yang lebih besar.
“Inginnya saya bisa beli tanah untuk membuat galeri yang besar kalau laku di angka Rp 1-2 miliar. Karena saya yakin yang beli kolektor benda seni dari luar negeri, misalnya dari Belanda,” ungkap bapak 3 anak itu.

Agus sendiri merupakan seniman yang belajar otodidak. Namun karyanya telah dinikmati banyaknya. Di Galeri Sugaly Art ia memamerkan karya artistiknya. Diantaranya, lukisan, ukiran kaligrafi, produk suvenir, alat peraga pendidikan, piala, mainan edukasi, dan mebel unik.
Agus melahirkan banyak pahatan kayu bernilai seni tinggi. Wayang Brotoseno dan miniatur candi Borobudur contohnya.
dan karik yang terbuat dari akar pohon jati. Agus menghabiskan satu bulan untuk membuat hiasan ruangan ini sampai finishing menggunakan pernis antigores. Ia mematoknya Rp 2 juta.
Miniatur Candi Borobudur juga tak kalah memukau meski berbahan limbah kayu. Agus membuatnya selama 2,5 bulan karena hanya memanfaatkan waktunya yang senggang. Karya seni berbahan kayu pinus seluas 125 x 125 cm dan tinggi 43 cm ini dibanderol Rp 10 juta. Untuk menghasilkan warna hitam, ia membakar permukaannya, lalu digosok halus dan dilapisi pernis.
“Borobudur ini menggunakan potongan kayu sisa produksi alat peraga pendidikan dan mainan edukasi,” ungkapnya.

Kepala Disbudporapar Kabupaten Mojokerto Norman Handhito berjanji bakal membantu Agus untuk mendapatkan hak cipta Mahakarya Kota Raja Majapahit. Seperti yang ia kerjakan tahun 2022 membantu para seniman Bumi Majapahit mendapatkan hak cipta untuk motif batik, tenun ikat dan lagu. Namun, pengurusan hak cipta baru bisa dilakukan menggunakan anggaran PAPBD 2023.
“Kami harus menganggarkan di PAPBD 2023 karena di APBD ini kami tidak menganggarkan. Senin (besok) biar dihubungi staf kami, sekalian inventarisasi usulan seniman yang lain. Biar kami bisa menghitung usulan PAPBD,” jelasnya.