BerandaHobiKeren, Tiga Warga Mojokerto Rakit Pesawat Aeromodelling dari Limbah Kotak Buah

Keren, Tiga Warga Mojokerto Rakit Pesawat Aeromodelling dari Limbah Kotak Buah

Magersari- Tiga warga Mojokerto patut diacungi  jempol. Berbekal limbah styrofoam buah mereka mampu merakit pesawat aeromodelling yang canggih.

Mereka yakni, Riyanto (39), Bagus (38) dan Zainal Farid (38). Ketiganya sama-sama memiliki hobi menerbangkan pesawat aeromodelling. Hobi tersebut menantang mereka untuk membuat aeromodelling sendiri.

Rumah milik Riyanto yang terletak di Jalan Bancang gang 5 no 43, Kelurahan Wates, Magersari, Kota Mojokerto, dimanfaatkan untuk tempat produksi. Saat kabarmojokerto.id berkunjung ke sana, mereka sedang memperbaiki pesawat aeromodelling.

Nampak juga beberapa pesawat aeromodeling sudah dibentuk. Pesawat mini tersebut dapat diterbangkan dengan menggunakan remote kontrol dengan ketinggian dan kejauhan sesuai keinginan.

Riyanto bercerita, dulu ia penghobi mobil dan kapal mainan remot kontrol. Namun, lama-kelamaan bosan. Ia pun beralih ke dunia dirgantara sekitar tahun 2010 dengan bergabung Komunitas Aeromodelling Mojokerto.

“Aeromodelling tantangannya banyak. Bentuk pesawat punya karakter masing-masing. Kalau ditiru sesuai skala, gaya terbangnya persis pesawat sungguhan,” katanya, Kamis (26/1/2023).

Setelah bertahun-tahun menggeluti hobi aeromodelling, akhirnya ia bersama Farid dan Bagus sedikit demi sedikit mempelajari teknologi di dalammya. Ia belajar merakit pesawat melalui internet.

Untuk membuatnya, mereka memanfaatkan styrofoam kotak buah. Sebagian bahan-bahan itu merupakan barang bekas. Namun, ada juga barang yang dibeli pabrikan, khususnya elektronik.

Sedangkan model pesawat yang dibuatnya beragam model dari jenis trainer dan glider. Seperti Cessna, Piper Cub dan Wing Dragon. Masing-masing kemampuan dan kecanggihan mengudaranya pun berbeda.

“Kalau naik ke pesawat jet karena speed tinggi, sampai 200 Km/Jam harus pakai motor EDF (electric ducted fan), harganya motor EDF saja Rp 800 ribu,” terangnya.

Dibalik kecanggihan pesawat aeromodelling yang mereka buat, ternyata prosesnya tidak mudah. Setiap kit pesawat harus dibuat seimbang pada pusat gravitasinya (central gravity).

Titik pusat gravitasi pesawat terletak di 25 persen dari lebar sayap kiri dan kanan. Teori ini juga berlaku dalam pembuatan pesawat sungguhan.

“Tujuannya supaya pesawat benar-benar seimbang. Kalau pesawat elektrik, ada berat tidak seimbang bisa dikontrol dengan gyroscope atau stabiliser,” ujarnya.

Setelah merancang bodi, baru kemudian memasang perangkat elektronik. Setiap pesawat, lanjut Riyanto dipasang 5 item perangkat elektronik.

Yakni, motor penggerak, electronic speed controller, receiver, baterai, dan motor servo. Kemudian ditambah transmiter atau remot kontrol yang digunakan pilot darat.

Zainal Farid melihat pesawat aeromodelling di tempat produksinya.

Saat ini, mereka sedang menggarap proyek miniatur pesawat Boeing 777 pesanan temannya. Pesawat tersebut dibuat dengan sepanjang 150 cm dengan bentang sayap 200 cm.

“Model Boeing 777 ini berat terbangnya 1,4 Kg. Harganya 1,8 juta sudah siap terbang, belum termasuk remot. Kalau plus remot low budget total Rp 3 juta,” ujar Riyanto.

Meski sudah mahir, Riyanto mengaku produksi pesawat aeromodelling bukanlah pekerjaan utama. Selama ini ia membuatnya jika ada pesanan.

Itu pun memanfaatkan waktu luang di sela-sela ia bekerja sebagai pengusaha konveksi. Sama halnya dengan Riyanto, Bagus akan meggarap pesanan pesawat setelah pulang dari tempat dinasnya di lembaga pemerintah.

Sedangkan Farid, pekerjaan utamanya adalah seorang guru di lembaga sekolah. Sementara, Bagus menjelaskan, alasan bodi pesawat aeromodelling dengan menggunakan limbah styrofoam kotak buah.

Menurut dia, kotak buah lebih keras dibandingkan styrofoam biasa. Bodi. Pembentukannya sayap sampai ekor pesawat  secara manual menggunakan pisau cutter. Selanjutnya dirangkai menggunakan lem.

“Kemudian diampelas sampai halus. Finishingnya hanya dilapisi isolasi berbagai warna sesuai kebutuhan. Barulah dipasang komponen elektroniknya,” jelas Bagus.

Pada kesempatan itu, Bagus menunjukkan salah satu miniatur pesawat trainer buatannya. Pesawat dominan warna merah sepanjang 134,5 cm dengan bentang sayap 197 cm ini mampu terbang aerobatik.

Ketinggian jelajahnya mencapai 500 meter dari permukaan tanah dengan kecepatan rata-rata 80 Km per Jam. “Kalau ketinggian maksimal 120 meter sesuai peraturan penerbangan. Namun, kemampuan remot ke pesawat sampai ketinggian 500 meter,” ungkapnya.

Farid  merupakan salah seorang senior sekaligus pendiri di Komunitas Aeromodelling Mojokerto. Komunitas beranggotakan sekitar 20 orang ini rutin bermain di lapangan Desa Tawangsari, Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Selain merakit dan bermain, Komunitas Aeromodelling Mojokerto juga mempunyai agenda memberikan edukasi mereka kepada para siswa sejumlah sekolah dasar (SD). Yaitu tentang cara kerja pesawat terbang atau konsep aerodinamis.

Dalam kegiatan itu, para siswa juga diajak praktik membuat pesawat sederhana sekaligus cara menerbangkannya. Sayangnya, program ini terhenti karena pandemi COVID-19.

“Rencana akan kami mulai lagi, masih penggalangan dana. Misinya menjauhkan anak-anak dari gawai supaya mereka terdorong kreativitasnya,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular