Kota Mojokerto – Lima masyarakat alami luka-luka usai mendapat serangan dari massa perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) usai unjuk rasa di depan Mapolres Mojokerto Kota pada Kamis (9/3/2023) malam.
Sebagian massa dari PSHT menyerang pemukiman masyarakat, akibatnya melukai 1 anggota perguruan silat lain dan 4 masyarakat biasa.
Diberitakan sebelumnya, ribuan massa perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) berunjuk rasa di depan Mapolres Mojokerto Kota pada Kamis (9/3/2023) malam.
Alasan massa melakukan unjuk rasa adalah menuntut polisi dalam penanganan kasus penganiayaan yang menimpa anggota mereka.
Ribuan massa PSHT datang ke Polres Mojokerto Kota di Jalan Bhayangkara dengan berkonvoi mengendarai sepeda motor sekitar pukul 20.50 WIB.
Massa yang berunjuk rasa dengan menggunakan atribut perguruan, mulai dari baju, sakral, hingga bendera organisasi.
Akibat untuk rasa tersebut polisi sempat menutup sepenuhnya Jalan Bhayangkara. Warga PSHT memenuhi Jalan Bhayangkara dari Simpang 4 Miji sampai Simpang 3 Sanrio.
Usai membubarkan diri, sekitar pukul 22.00 WIB, sebagian massa pesilat berkonvoi melalui Jalan Brawijaya ke arah Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto.
Setelah bubar inilah kemudian terjadi penyerangan kepada 5 orang, salah satu korban pemuda berinisial RD (17) mengatakan, ia bersama 4 muridnya berniat menyambut rombongan konvoi PSHT yang melintas di Jalan Brawijaya.
Saat terjadinya unjuk rasa, kebetulan ia sedang berlatih silat di halaman rumah warga Sinoman gang 5, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.
“Saya dan anak-anak keluar (di depan Sinoman gang 5) memberi salam persaudaraan. Bukannya menantang,” kata RD kepada wartawan di lokasi, Jumat (10/3/2023).
Diluar dugaan, salam penghormatan tersebut justru mendapatkan respon berbeda oleh massa PSHT dan berujung dengan penyerangan. Para pesilat itu menyerang anggotanya maupun masyarakat biasa di Sinoman gang 5.
“Ternyata ada oknum lain menyerang, melempari bata dan batu. Dari jalan (Brawijaya) menyerang masuk Sinoman gang 5. Yang diserang ada warga, ada siswa. Kami lari masuk ke timur,” terangnya.
Penyerangan tersebut menyebabkan temannya, Arpin, pesilat asal Kelurahan Kedundung Magersari Kota Mojokerto menderita luka di kening.
Menurut RD, Arpin terkena lemparan batu dari massa PSHT. Ketika itu, korban kebetulan sedang berkunjung ke tempatnya melatih.
“Korban lainnya masyarakat sini, Sinoman gang 5,” ungkapnya.
Salah satu masyarakat Sinoman gang 5 menjelaskan, ketika massa PSHT menyerang anggota perguruan silat lain, karena kebetulan mengetahui kejadian suaminya berusaha melerai.
Namun, massa justru memukuli suaminya. Bahkan dirinya juga dipukuli para pesilat ketika berusaha menyelamatkan suaminya.
Akibat serangan itu, kemudian ia menjerit histeris sehingga membuat warga keluar rumah.
“Suami saya melerai tawuran antara massa dengan anak yang latihan. Suami saya dupukuli, saya pisah, saya ikut dipukuli, entah pakai kayu atau apa. Tidak tahu berapa kali kena pukul,” terang perempuan ini sambil menunjukkan kepalanya bagian atas yang kena pukul.
Selain melukai masyarakat, massa PSHT juga merusak kamera CCTV di Sinoman gang 5. Lemparan batu dari para pesilat nampak berserakan di jalan maupun beberapa halaman rumah warga.
“Yang terluka 4 orang, 5 orang termasuk saya,” jelas wanita yang enggan menyebutkan namanya itu.
Pantauan Kabarmojokerto.id di lokasi, terdapat 4 pria yang dimasukkan ke ambulans untuk dievakuasi ke RSUD Kota Mojokerto. Salah seorang korban mengalami luka cukup parah di kepalanya sehingga harus diperban.
Sedangkan tiga pria lainnya masih bisa duduk di kursi belakang ambulans. Ada yang luka di bagian kening, ada pula yang sibuk mengompres lehernya menggunakan es batu. Satu korban perempuan tidak dibawa ke rumah sakit karena luka ringan.
Aksi penyerangan massa PSHT membuat warga Sinoman gang 5 ketakutan. Seperti yang dirasakan Atik (63). Ketika massa menyerang, ia tidak sempat menutup pagar depan rumahnya. Ia buru-buru masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Nampak beberapa batu tergeletak di teras rumahnya.
“Saya tidak berani keluar. Tidak peduli mobil saya rusak atau tidak. Ada kalau orang 20 di sini (di teras rumahnya), saya ketakutan,” tandasnya.
Kapolsek Prajurit Kulon Kompol M Sulkan mendatangi lokasi penyerangan bersama sejumlah anggotanya sekitar pukul 23.00 WIB. Polisi menggali keterangan dari warga terkait insiden tersebut.