Jetis- Tahu solet merupakan jajanan khas Jawa. Memiliki cita rasa yang gurih dan renyah membuatnya digandrungi masyarakat. Di Mojokerto sendiri, ada lapak tahu solet yang legendaris, yaitu Tahu Solet Mak Ni.
Lapak gorengan Mak Ni berada di Desa Perning, Jetis, Kabupaten Mojokerto. lokasinya persis di seberang Kantor Desa Perning juga terjaga sejak 1970.
Lapak ini dikelola pasangan suami istri Budi Santoso (56) dan istrinya Susanah (50). Mereka memproduksi tahu sendiri tanpa bahan pengawet. Tekstur bagian dalamnya lembut, sedangkan kulitnya renyah.
“Tahu kami produksi sendiri, tidak pakai obat, masih tradisional, tidak pakai campuran. Rasanya tidak ada kecutnya, teksturnya lembut, digoreng cepat kering,” kata Susanah, Kamis (26/1/2023).
Tahu yang digoreng sangat kering hingga renyah berwarna cokelat sampai ada kesan kriuk-kriuk karena saking garingnya. Umumnya, tahu yang berwarna kecoklatan itu dibubuhi garam untuk menambah selera.
Jelas, rasanya jadi sangat asin karena garamnya. Namun apabila pelanggan tidak terlalu suka asin, tanpa ditaburi garam pun rasanya masih enak.
Cara penyajiannya berbeda dengan lapak gorengan pada umumnya. Biasanya gorengan digelar di meja, namun mereka menyajikan dengan cara setiap potong tahu dibelah, lalu tengahnya diisi dengan bumbu yang nikmat.
Unsur bumbu yang terbuat dari kacang goreng, petis, gula pasir, garam, dan cabai ini mempunyai cita rasa yang manis dan gurih. Sehingga begitu digandrungi masyarakat.
Susanah mengatakan, resep bumbu yang ia gunakan adalah warisan orang tuanya sejak memulai usaha tahu solet tahun 1970. Ia menjelaskan, kacang goreng ditumbuk tidak sampai lembut atau masih berupa butiran-butiran.
“Tahu solet ini warisan bapak dan ibu saya yang memulai usaha tahun 1970. Resepnya diwariskan ke saya,” terang ibu dua anak warga Dusun/Desa Perning ini.
Bumbu inilah yang membuat tahu solet ini menjadi kudapan istimewa. Ketika dicicipi, lidah berdansa hingga hampir kegigit karena saking nikmatnya. Kesaktian bumbu dalam menyihir makanan jadi nikmat, patut diakui.
Susanah menceritakan, Nama Mak Ni diambil dari nama panggilan ibunya, Kasiani. Karena Lapak Tahu Solet Mak Ni ini didirikan oleh mendiang kedua orang tuanya, Kasmin dan Kasiani (86).
Mereka mendirikan Lapak Tahu Solet pada tahun 1970. Susanah baru mewari bisnis ini sejak pensiun dari pabrik sarung tangan tahun 2017. Sedangkan suaminya pensiunan buruh pabrik sepatu.
Produksi tahu di rumahnya menggunakan kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat. Rata-rata ia menghabiskan 32 kg kedelai untuk membuat 5 bak tahu per hari.
Produksi tahu secara tradisional berlangsung pukul 05.00-12.00 WIB. Selanjutnya 5 bak tahu itu mereka bawa untuk digoreng dan dijajakan di lapak tahu solet Mak Ni di Jalan Raya Desa Perning.
“Ibu saya bagian mengirisi tahu, kalau saya bagian di sini menggoreng dan menjual,” jelas Susanah.
Lapak tahu solet Mak Ni buka setiap hari pukul 15.30-22.00 WIB. Harga kudapan legendaris ini murah meriah, hanya Rp 1.000 per potong.
Pemasarannya tidak menggunakan strategi khsusus. Selama ini hanya dari mulut ke mulut. Kendati demikian, dari usaha ini pasutri tersebut mampu meraup omzet mencapai Rp 1,5 juta per hari.
“Pemasarannya hanya dari mulut ke mulut, pelanggan saya dari Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kecamatan Jetis dan sekitarnya,” tandasnya.