Trawas– Air Terjun Dlundung adalah salah satu tempat wisata yang cukup populer di wilayah Kecamatan Trawas, Mojokerto. Selain dikenal dengan keindahan alamnya, tempat wisata yang terletak di Dusun/Desa Ketapanrame ini konon menjadi tempat mandi prajurit zaman Kerajaan Singasari sampai Majapahit.
Seperti yang diceritakan Kasno (49) warga Desa Ketapanrame. Menurut cerita turun-temurun dari sesepuh masyarakat bahwa Air Terjun Dlundung adalah tempat mandinya para prajurit zaman Kerajaan Singasari sampai Majapahit.
“Air terjun ini pada zaman Singasari dan Majapahit untuk mandi. Para prajurit kerajaan kalau sudah tuntas ilmu kanuragan, turun ke air terjun untuk mandi,” kata Kasno, Senin (30/1/2023).
Kasno menjelaskan, di atas air terjun yang masih sangat alami itu juga terdapat Makam Pandawa Lima. Yakni, Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Terdapat batu semar dan tangga batu yang tingginya sekitar 100 meter di area Makam Pandawa Lima itu. Juga terdapat sisa-sisa bangunan kuno berupa balok batu yang disusun melingkar di atas tangga.
Ia meyakini situs ini tempat bertapa para prajurit kerajaan untuk mendapatkan ilmu kanuragan. Jika ditempuh dengan berjalan kaki dari Air Terjun Dlundung, menuju lokasi makam tokoh pewayangan itu membutuhkan waktu sekitar 2 jam.
Kasno melanjutkan, Makam Pandawa Lima ini masih menjadi tempat meditasi warga dengan beranekaragam tujuan. Kasno biasa menemani mereka yang datang dari Banten, Temanggung, Banyuwangi, Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya.
“Sekarang jarang orang meditasi, hanya orang-orang tertentu yang naik. Tidak tahu tujuan mereka apa saja, kita kan tidak tahu hatinya orang,” ujar Kasno.
Air Terjun Dlundung sudah menjadi jujukan wisawatan sejak tahun 1980. Namun, lanjut Kasno, saat itu akses jalan menuju ke air terjun belum semulus saat ini.
Para wisatawan kala itu harus melewati jalan setapak yang biasa digunakan warga setempat untuk mencari kayu bakar dan rumput untuk pakan ternak.
“Tahun 2000an mulai ramai pengunjung. Sekitar tahun 2012 mulai dikelola bersama Perhutani, Disbudporapar, Dishub dan Pemerintah Desa Ketapanrame. Masyarakat ikut membuka warung dengan menyewa tempat ke Perhutani,” tandasnya.