Trowulan- Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim menyimpan ratusan benda purbakala berupa emas. Benda bersejarah ini ditemukan di berbagai tempat di Jawa Timur. Selain bentuknya unik dan langka, fungsi dari benda tersebut juga sangat istimewa dan bukan hanya sebagai hiasan.
Sejauh ini, telah terkumpul 254 benda cagar budaya berbahan emas peninggalan era kerajaan. Benda tersebut ditemukan dalam rentan waktu 1977 hingga 2022.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Kuswanto mengatakan, ratusan logam mulia ini ditemukan ketika ekskavasi dan pemugaran situs purbakala, serta temuan masyarakat di Jatim.
“Mayoritas ditemukan di candi yang pada zaman kerajaan menjadi bangunan suci untuk menyembah dewa atau mendarmakan leluhur,” katanya, Kamis (9/2/2023).
Benda-benda bersejarah yang tak ternilai harganya ini memiliki 59 varian bentuk. Di antaranya cincin, tusuk sanggul, rantai untuk pinggang, selempang dada, serta miniatur dewa, senjata, hewan, dan bunga dalam mitologi Hindu dan Buddha.
Dalam mitologi Hindu dan Buddha, bunga teratai melambangkan kesempurnaan hidup dengan kemurnian jiwa dan pikiran. Bunga teratai bisa muncul dari kolam yang kotor dan berlumpur, tapi tidak tersentuh kotoran tersebut.
Letak penemuan emas bermacam-macam. Menurut Kuswanto, letak penemuan dapat menunjukkan fungsi dan keistimewaan logam muliai era tersebut.
Misalnya, emas berbentuk senjata para dewa, lempengan emas tipis berukir sosok dewa, binatang tunggangan para dewa dan mantra ditanam di sumuran candi.
Menurut Kuswanto, benda cagar budaya berbahan emas yang ditemukan di sumuran candi disebut dengan peripih. Peripih pada bangunan candi mempunyai fungsi penting.
Peripih merupakan media bagi dewa merasukkan zat inti kedewaannya. Dapat dikatakan peripih merupakan roh sebuah candi.
“Kalau emas berupa perhiasan mungkin temuan di luar bangunan suci terkait aktivitas masyarakat masa lalu,” ungkapnya.
Seperti 2 perhiasan emas kuno yang ditemukan di Dusun Mojosongo, Desa Pekukuhan, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Yaitu kalung 21,33 gram sepanjang 34,7 cm dan tebal 0,2 cm, serta cincin stempel seberat 36,36 gram.
Temuan candi menjadi salah satu bukti kejayaan dan kehormatan kerajaan di nusantara. Kemegahan dan karakter candi tak terlepas dari peran arsitek yang merancang bangunannya.
Kuswanto menjelaskan, pada zaman kerajaan sosok aritektur disebut stupaka yang sekaligus ahli agama. Stupaka ditugaskan sang raja untuk mendesain candi.
Setelah desain rampung, pembangunan candi diserahkan kepada stapati atau arsitektur pelaksana. Selanjutnya candi dibangun dengan melibatkan para pekerja.
Ternyata, lahan yang dipilih untuk lokasi candi tak sembarangan. Kuswanto menjelaskan, lokasi lahan yang dipilih lebih dulu dibajak, kemudian ditanami tumbuhan tertentu untuk memastikan tanah tersebut subur.
Tidak cukup disitu, stupaka harus menguji lahan dengan meletakkan damar dalam semalam di sebuah kotak gali. Apabila damar itu tetap menyala, maka lahan tersebut mengandung banyak oksigen sebagai salah satu zat kehidupan.
Selain itu, area sekitar lahan juga harus dipastikan terdapat sumber air. “Makanya di candi-candi itu ada sumurnya. Air itu kan bagian dari zat kehidupan. Karena dewa tidak mau masuk kalau tidak ada zat kehidupan,” jelasnya.
Sebelum candi dibangun, para tokoh agama akan menggelar ritual menanam peripih di sumuran candi. Peripih berupa emas, perunggu, perak atau biji-bijian yang menjadi bagian dari zat kehidupan.
Pemenuhan segala macam unsur kehidupan dalam pembangunan candi untuk menarik para dewa. Masih kata Kuswanto, setelah candi-candi ditinggalkan, banyak orang zaman dulu yang menjarahnya.
Oleh sebab itu, mayoritas peripih ditemukan tidak utuh ketika ekskavasi. “Peripih diburu pada zaman dulu. Banyak sekali candi yang sudah dilubangi dindingnya untuk mengambil peripihnya. Itulah yang dikenal orang sebagai harta karun,” ungkapnya.
Arkeolog BPK Wilayah XI Jatim Muhammad Ichwan menambahkan, 254 emas yang ditemukan di situs purbakala merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno atau Medang sampai Majapahit.
Rinciannya, 216 emas sudah dikumpulkan dalam rentang waktu 1997-2008. Sedangkan sisanya sebanyak 38 emas ditemukan tahun setelahnya sampai 2022.
“Emas yang ditemukan pasca 2008 sampai tahun ini mencapai 38 buah. Puluhan logam mulia itu ditemukan di Situs Srigading, Malang dan di Candi Gemekan, Mojokerto,” pungkasnya.