Gedeg- Mengolah eceng gondok menjadi aneka produk kerajinan, membuat Suliadi (44) meraup cuan Rp 5 juta setiap bulan. Pemilik Banyu Putih Art di Dusun/Desa Jerukseger, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto ini memberdayakan emak-emak di sekitar rumahnya untuk mengolah eceng gondok menjadi topi pantai, aneka model tas wanita, tas selempang, kotak tisu, kotak hampers, keranjang pakaian, bantal, loyang, hingga alas gelas dan piring.
1 dari 8

Suliadi membeli bahan baku tangkai eceng gondok kering dari para petani di Surabaya Rp 11.000/Kg. Setiap tangkai panjangnya 80-90 cm, diameternya 1,5-2 cm.

Suliadi memberdayakan emak-emak di sekitar rumahnya untuk menganyam eceng gondok. Mereka menggunakan 3 teknik anyaman, yakni anyaman bilik, anyaman lilit dan anyaman pecah kopi.

Anyaman pecah kopi yang paling rumit. Karena karyawan Suliadi harus menganyam eceng gondok secara zig-zag. Sehingga menghasilkan motif biji kopi yang terbelah.

Anyaman lilit paling banyak digunakan di Banyu Putih Art. Yaitu untuk membuat topi pantai, tas belanja, kotak tisu, keranjang pakaian, kotak hampers, serta tatakan piring dan loyang.

Tahap akhir adalah pewarnaan produk menggunakan cat water base dengan warna yang natural. Selanjutnya, Suliadi menjemur produknya di bawah terik matahari.

Suliadi menjual produk kerajinannya dengan harga bervariasi tergantung ukuran, bentuk dan tingkat kerumitan.