BerandaSejarahKasus Gigi Berlubang Pada Anak Tinggi, Inovasi Bu Cinta Jadi Solusi Pencegahan...

Kasus Gigi Berlubang Pada Anak Tinggi, Inovasi Bu Cinta Jadi Solusi Pencegahan di Puskemas Gayaman

Bangsal – Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu ditangani secara intensif, mengingat tingginya prevalensi penyakit ini. Penyakit gigi, walaupun tidak menyebabkan kematian, dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit gigi yang banyak diderita masyarakat adalah karies/gigi berlubang dan penyakit periodontal.

Gangguan gigi juga dapat terjadi pada anak-anak. Bahkan angkanya cukup tinggi. Di Puskesamas Gayaman, Kacamatan Bangsal, Mojokerto misalnya. Ditahun 2021 kasus anak mengalami gigi berlubang tembus 676 anak di 12  Desa yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Gayaman.

Ahli gigi Puskesmas Gayaman, Nisaul Afifah mengatakan, banyak faktor yang menjadi penyebab permasalahan gigi dan mulut pada anak. Terlebih, anak punyai faktor tersendiri seperti kurangnya minat untuk memeriksakan gigi pada dokter. Ini membuat orang tua harus memikirkan banyak cara agar kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya bisa terkontrol dengan baik. 

“Pertumbuhan gigi pada anak-anak dimulai sejak umur 6 bulan. Gigi yang tumbuh pada masa anak di bawah 3 tahun (batita) disebut gigi susu. Gigi susu akan tumbuh secara lengkap pada usia 2 tahun. Sejak masa itulah gangguan kesehatan gigi dapat terjadi,” katanya.

drg. Nisaul Afifah menjelaskan cara menggosok gigi yang benar.

Selain anak, pola asuh ibu juga busa menjadi fakto. Seperti pemberian makanan sehat dan edukasi cara menggosak gigi yang benar. Menurut Afifah, perilaku sehat seperti merawat gigi dengan baik dan benar seharusnya dibiasakan sejak dini agar penyakit gigi dapat dicegah sedini mungkin.

“Pada masa pertumbuhan gigi susu, bagi balita peran ibu menjadi dominan dalam perawatan gigi susu,” jelaanya.

Melihat hal tersebut, Puskesmas Gayaman membuat sebuah inovasi program Bu Cinta. Bu Cinta merupakan Ibu Cerdas Menjaga Gigi Balita. Melalui program Bu Cinta pihaknya melakukan penyuluhan  kesehatan gigi merupakan tindakan pencegahan primer sebelum terjadinya penyakit gigi dan mulut sejak dini.

“Tujuannya adalah untuk merubah perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang sehat,” tandas Afifah.

 

Dalam program tersebut, Afifah menyebarkan kuesioner kepada para ibu balita. Alhasil, ia menemukan data bahwa mayoritas ibu tidak mengetahui cara menggosok gigi yang benar. Sehingga gigi anak tidak terawat dengan baik.

Pada umumnya anak-anak belum bisa memelihara kebersihan gigi dan mulutnya sendiri.

Masih kata Afifah, pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Gayaman yakni memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pengobatan dan pemberian tindakan medis dasar kesehatan gigi dan mulut seperti penambalan gigi dan pencabutan gigi. 

Selain itu juga memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari menjaga kesehatan pribadi, serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

“Tidak hanya penyuluhan secara langsung atau tatap muka. Tapi kita juga ada penyuluhan secara daring. Kita berikan edukasi melalui materi video,” ungkapnya.

Tak hanyaborang tua, kelompok sasaran dari inovasi ini adalah anak usia balita dan anak usia sekolah dasar. Diharapkan dengan adanya inovasi ini, anak usia balita dengan dampingan orang tua dan anak usia sekolah dasar dapat mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini, termasuk menjaga kesehatan gigi sulung dengan memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat, serta penggunaan alat yang tepat dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi.

“Periksa gigi sejak dini adalah upaya kami memberikan kesadaran kepada orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dengan cara rutin mengajak anak untuk memeriksakan giginya meskipun tidak ada keluhan sakit,” terang Afifah.


Memperkenalkan anak periksa gigi ke dokter gigi atau puskesmas saat kondisi giginya tidak ada keluhan, dapat menghindarkan anak dari rasa takut dan trauma anak terhadap dokter gigi. Anak akan belajar bahwa kunjungan ke dokter gigi atau puskesmas tidak selalu dilakukan tindakan terhadap gigi-giginya sehingga kunjungan ke dokter gigi menjadi menyenangkan dan tidak menyebabkan trauma pada anak. 

“Kota juga melakukan promosi kesehatan di sekolah dasar dan posyandu balita, memberikan rujukan pada anak yang diperlukan tindakan di Puskesmas,” pungkas Afifah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular