Sooko – Kabupaten Mojokerto menyimpan banyak objek bersejarah, salah satunya menyimpan salah satu masjid tertua yaitu Masjid Agung Darussalam di Desa Gemekan Kecamatan Sooko.
Cikal bakal Masjid Agung Darussalam yaitu peletakan batu pertama yang menandai dimulainya pembangunan masjid ini dilakukan Raden Ersadan atau merupakan Bupati Mojokerto kelima bernama Kromodjojo Adinegoro III pada 15 Januari 1893 atau 129 tahun silam.
Uniknya, masjid ini mempunyai beduk raksasa yang bobotnya mencapai 560 Kg.
“Dibangun Bupati Mojokerto kelima, Kromodjojo Adinegoro tahun 1893. Memakai uang pribadi bupati,” kata Bendahara Takmir Masjid Darussalam, Imam Syafii kepada wartawan di lokasi.
Usai mendapatkan pemugaran baru-baru ini, bangunan masjid dibongkar dan hanya tempat wudu asli tetap dipertahankan. Tempat wudu di sebelah selatan masjid ini berbentuk segi enam dengan bak air berbentuk segi delapan.
Bedanya, kalau dulu harus menimba dari sumur untuk mengisi bak tersebut, kini sudah menggunakan pompa air elektrik.
Usai bangunan masjid kuno dibongkar, karena aktivitas ibadah masyarakat sekitar sudah dipindahkan ke Masjid Agung Darussalam yang baru tepat di belakang masjid lama.
Hanya pilar utama masjid lama yang akan dimanfaatkan untuk pendapa di halaman masjid baru.
“Bangunan lama dibongkar semua. Pilar-pilar yang utama akan dipindahkan di depan masjid baru untuk semacam tempat menerima tamu,” ungkap Imam.
Masjid Agung Darussalam yang baru memang jauh lebih megah. Meski belum rampung sepenuhnya, tempat ibadah umat muslim ini mempunyai interior yang mewah dengan 2 kubah besar.
Masing-masing kubah berhiaskan kaligrafi Asmaul Husna dan lampu gantung yang klasik dan elegan. Lantai masjid ini seluruhnya marmer.
Menariknya lagi, Masjid Agung Darussalam mempunyai sebuah beduk raksasa. Diameternya mencapai 225 cm dengan panjang 350 cm dan berbobot 560 Kg.
Pasak-pasaknya menggunakan kayu merbau dari Kalimantan yang dicat warna emas. Sabuk pengikatnya berbahan rotan yang juga berwarna sama.
“Insyaallah beduk ini terbesar di Indonesia. Butuh 30 orang untuk memindahkannya,” terang Imam.
Ia menjelaskan, tabung beduk raksasa ini menggunakan kayu jati setebal 3,5 cm. Kulit sapi yang digunakan pada permukaan tubuh depan maupun belakang, tak sembarangan. Sebab dibutuhkan sapi sangat besar untuk mendapatkan kulit seluas itu.
“Karena butuh kulit yang lebar dibutuhkan dua sapi masing-masing minimal berbobot 1,2 ton untuk kedua permukaan beduk,” jelasnya.
Beduk jumbo ini, kata Imam, didatangkan dari Cirebon, Jabar. Pihaknya memasan beduk tersebut pada akhir 2019. Beduk baru jadi pada Oktober 2021. Salah satunya karena untuk mendapatkan kulit sapi harus iden selama 2 tahun. Harganya pun mencapai Rp 110 juta.
“Kami ingin menyesuaikan dengan masjid sebesar ini. Beduk lama kalau ditaruh masjid sini kelihatan sangat kecil. Ke depan supaya menjadi ikon karena ini kan masjid kabupaten,” tandasnya.
Masjid Agung Darussalam selama ini tak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya masyarakat sekitar, warga dari berbagai daerah juga singgah di masjid ini. Karena lokasinya di jalan nasional Surabaya-Madiun.
Selama Ramadan, aktivitas ibadah di masjid ini semakin semarak, terdapat pengajian rutin setiap menjelang berbuka puasa dan takmir masjid menyediakan takjil gratis untuk siapa saja yang singgah.
Kegiatan ini direncanakan juga akan terus berlanjut selama musim mudik lebaran nanti.