Mojokerto – Masjid Agung Al Fattah menjadi bangunan bersejarah di Kota Mojokerto. Karena bangunan masjid ini menjadi masjid tertua di Kota Mojokerto.
Masjid ini telah berumur 143 tahun, dan yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Kini masjid tersebut menjadi ikon karena kemegahan bangunannya yang memadukan budaya Islam Timur Tengah dan Majapahit.
Tak sedikit masyarakat yang selain bertujuan beribadah, juga menjadikan masjid ini sebagai sarana healing.
Masjid Agung Al Fattah berdiri megah di depan Alun-alun Kota Mojokerto. Tepatnya di Kelurahan Kauman Kecamatan Prajurit Kulon. Pemugaran masjid ini baru selesai tahun 2019-2020’an dengan biaya Rp 39,2 miliar.
Pengurus Masjid Agung Al Fattah Sudarno mengatakan, masjid ini direnovasi dengan memadukan kebudayaan Islam Timur Tengah dan Majapahit.
Bangunan utama Masjid ini meniru gaya Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Mulai dari kubah, menara, serambi hingga bagian dalam masjid. Bahkan atap teras masjid dibuat dari pelat kuningan dengan warna emas.
Untuk memperkuat ciri khas Islaminya, setiap bagian masjid diukir kalimat ‘Muhammad Rasulullah’ dalam Bahasa Arab.
“Kalau bicara Islam dan masjid, asalnya kan dari Timur Tengah sana. Maka kami mengadopsi kebudayaan Timur Tengah, yaitu Masjid Nabawi,” kata Sudarno.
Desain Masjid Nabawi, lanjut Sudarno juga dipadukan dengan kebudayaan Majapahit pada bangunan Masjid Agung Al Fattah. Hal itu nampak pada bangunan pagar depan masjid ini.
Pilar pagar dibuat dari batu besar yang dipahat dengan dimensi 80x80x270 cm. Bagian kolong pagar disusun dari batu besar yang masing-masing berdimensi 50x50x270 cm. Sedangkan tembok pagar terbuat dari batu berdimensi 20x300x90 cm.
“Pagar masjid terbuat dari batu Majapahitan semua. Dipahat oleh seniman dari Trowulan yang dulunya pusat kerajaan Majapahit,” ujarnya.
Kebudayaan Majapahit di bagian dalam masjid juga masih dipertahankan sampai saat ini. Yaitu berupa ukiran pada 4 tiang penyangga bangunan lama. Pada masing-masing soko guru dari kayu jati ini terdapat ukiran yang menurut Sudarno terkait cerita pewayangan.
“Saya tidak tahu arti ukiran itu, tapi seperti pewayangan. Seniman Trowulan yang memahami. Kami tempelkan budaya Majapahit di masjid ini karena kita orang daerah di mana kita berada di Mojokerto yang lekat dengan Majapahit,” terangnya.
Kesan mewah sangat kental pada bagian dalam Masjid Agung Al Fattah. Tak tanggung-tanggung, lantai masjid ini menggunakan marmer yang diimpor dari Italia. Setiap marmer mempunyai dimensi 240 x 120 x 2-3 cm. Belum lagi ornamen yang dipasang pada bagian dalam kubah dan dinding masjid.
Masjid Agung Al Fattah dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Yaitu tahun 1877 masehi. Bangunan asli yang disokong 4 tiang kayu sampai saat ini masih dipertahankan.
“Bangunan asli itu kami pertahankan sampai sekarang karena menjadi situs cagar budaya,” jelasnya.
Masjid Agung Al Fattah dibangun pada masa pemerintahan Kromodjojo Adinegoro III atau Raden Ersadan. Dia ditunjuk pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi regent (bupati era penjajahan belanda) Mojokerto pertama yang memerintah tahun 1866-1894. Ersadan juga membangun Masjid Darussalam di Desa Gemekan Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto tahun 1893.
Dengan kemegahannya saat ini, Masjid Agung Al Fattah mampu menampung 5.500 jemaah. Masjid ini diharapkan menjadi destinasi wisata religi di Kota Mojokerto.
“Kami berharap masjid ini menjadi ikon masyarakat Kota Mojokerto sekaligus menjadi wisata religi,” tandas Sudarno.