Mojokerto – Satu prasasti penting peninggalan bersejarah kerajaan Kahuripan yakni prasasti Pucangan. Prasasti pucangan menyimpan informasi tentang riwayat hidup dan peperangan Raja Airlangga.
Raja Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan sekaligus penerus Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau dikenal sebagai Kerajaan Medang. Dari Raja Airlangga pula, nantinya lahir raja-raja Kerajaan Kediri.
Saat ini, prasasti tersebut tidak berada di Indonesia, melainkan tersimpan di Indian Museum, Kolkata, India. Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek berencana memulangkan prasasti tersebut ke tanah air. Karena dinilai menjadi aset berharga untuk sejarah bangsa Indonesia.
Ada dua prasasti berlainan yang terpahat pada satu batu Prasasti Pucangan. Satu sisi memakai bahasa Jawa Kuno dan sisi bahasa Sansekerta. Sisi yang memakai bahasa Sansekerta dibuat tahun 959 Saka atau 1037 masehi. Sedangkan bagian yang memakai Bahasa Jawa Kuno dibuat 1041 masehi.
Menurut Peneliti Pusat Riset Prasejarah dan Sejarah, Organisasi Riset Arkeologi, Sastra, dan Bahasa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Titi Surti Nastiti mengatakan Prasasti Pucangan Sansekerta mengungkap silsilah Raja Airlangga, mulai dari Mpu Sindok. Mpu Sindok merupakan Raja Medang yang mempunyai anak Sri Isyana Tunggawijaya.
Dari perkawinan Sri Isyana Tunggawijaya dengan Sri Lokapala, lahir Sri Makutawangsawardhana. Anak Makutawangsawardhana yang bernama Gunapriyadharmapatni (Mahendradatta) menikah dengan Udayana dari Bali dan lahirlah Airlangga. Kemudian, Airlangga dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh, raja Medang periode 985-1017.
“Pada bait-bait berikutnya diuraikan pertempuran-pertempuran yang dimenangkan Airlangga sehingga semua musuhnya ditaklukkan satu persatu. Akhirnya pada tahun 1037 masehi Airlangga berhasil duduk di atas takhta. Selanjutnya disebutkan juga bahwa Airlangga mendirikan sebuah pertapaan di Pugawat sebagai tanda terima kasihnya kepada para dewa,” kata Titi, Kamis (17/11/2022).
Sementara, Menurut Vernika Hapri Witasari, mahasiswa Universitas Indonesia dalam skripsinya “Prasasti Pucangan Sansekerta 959 Saka (Suatu Kajian Ulang)” tahun 2009, kedua prasasti itu ditulis dalam aksara Jawa Kuni akhir sebagaimana prasasti Airlangga lainnya.
Dalam kesimpulan penelitiaannya, Vernika menyebut, Prasasti Pucangan menjadi sarana Raja Airlangga melegitimasi kekuasaannya dengan mencantumkan silsilah keluarganya. Digambarkan Airlangga menaklukkan kembali wilayah-wilayah yang pernah melepaskan diri dari Kerajaan Medang.
“Untuk membuktikan bahwa Airlanga adalah raja pelindung, raja yang kuat, raja yang mampu melindungi rakyat dan kerajaannya sebagai ‘pinaka catraning bhuwana’. Selain itu, hal lain yang memperkuat prasasti ini memang sebagai prasasti legitimasi adalah tidak disertakannya tokoh-tokoh birokrasi yang umumnya ada pada sebagian maklumat raja,” tandasnya.
Berikut Alih Bahasa isi Prasasasti Pucang Sansakerta :
1. Selamat! Hormat selalu baginya, yang diberkati dengan ketiga guna ketika takdir (milik) para manusia telah ditetapkan, hingga ketika kehancuran telah diatur, demikian bagi Pencipta (Brahma) tidak memiliki guṇa
2. Hormat baginya, demikianlah triwikrama (tiga langkah, Wisnu) yang dikenal di dunia oleh langkah (nya) yang besar tanpa perhitungan, juga yang selalu hormat oleh pikiran raja para dewa (Indra)
3. Hormat bagi Śiwa, ia adalah sthanu yang melebihi pohon pengharapan yang besar milik dunia, juga menurunkan anugerah kesejahteraan yang sangat didambakan dengan segala guṇa
4. Menanglah dia raja yang bernama Airlaṅga, seorang pahlawan yang telah menghancurkan di atas kereta perang dengan kemasyhuran ketika berperang. Dia telah menempatkan keunggulan wanita dengan pemahaman belas kasih, ketika memimpin ia berpaling membelakangi keburukan dan bersungguh-sungguh menghapus noda buruk di tangan, dia diberkati dengan segala guņa karena rasa takut oleh dosa-dosanya sendiri.
5. Adalah ia, bagaikan puncak perhiasan milik pelindung dunia yang sangat terkenal di tiga dunia, menaklukan pasukan yang berlimpah bagaikan gunung, kejayaan oleh tindakan kepahlawanan yang seperti singa. Sejak dahulu kala berbagai macam kesejahteraan berupa hadiah yang tak terhitung telah dimiliki bumi menuju pada kesenangan, dialah Śrī Īśānatuṅga, paduka yang mulia yang memiliki kembali kemasyhuran raja Jawa
6. Anak perempuannya pengikut Buddha, ibarat angsa betina yang berada pada telaga Manasa yang suci sebuah tempat kediaman yang disenangi, yang selalu memberikan keharuman pada raja yang bagaikan angsa (jantan). Demikian, menjadi makmurlah ratu Śrī Īśānatuṅgawijaya, dia memerintah sebagai ratu.
7. Dia, raja Śrī Lokapāla (adalah) manusia (yang bagaikan) pemimpin naga, kesucian dan kebajikan di dalam jiwanya bagaikan lautan susu Mandakini yang dikenal seperti dirinya dan dia telah membuat kepemimpinan bersama istri menuju pada kesenangan
8. Darinya, tampil anak laki-laki unggul yang menjadi perhiasan besar yang berkilau. Memerintah bumi untuk kesejahteraan makhluk hidup. Muncul pada pikiran-pikirannya yang telah dipersiapkan dengan segala kemampuan yang tak dapat dibandingkan, menghasilkan kehidupan. Dan bagaikan matahari dengan kemilaunya, keluar dengan tenang ketika melawan gajah para musuhnya ibarat periuk-periuk yang dihancurkan tanpa takut.
9. Śrī Makuṭawaṅsawarddhana, demikianlah pemimpin para manusia yang tak dapat dibandingkan, yang dikenal bagai matahari dinasti Īśāna yang membakar dengan kilauan yang indah
10. Anak perempuan raja itu, yang parasnya sangat cantik sebagai mana adanya, kemudian dibuatkanlah oleh ayah dengan nama yang sesuai dengan kebajikan yang sangat indah, juga sebagai tanda kemenangan raja di luar pulau Jawa (dengan nama) Guṇapriyadharmmapatni
11. Dahulu kala, lahirlah seorang anak dari keturunan diunggulkan juga dimurnikan, itulah seorang raja yang dikenal (dengan nama) Udayaṇa. Mahendradatta, paduka yang mulia yang memerintah seorang putri (dari) keturunan yang telah disucikan, kemudian dia telah pergi menuju pada ia (Udayana)
12. Airlaṅgadewa, anak laki-laki yang unggul di seluruh makhluk, memiliki seluruh bagian bukan sebagian kecil kebaikan daripada Rama yang
memesona dari Daśaratha, keberhasilan yang lebih pantas dihormati bersama-sama dengan kebesaran para petapa
13. Śrī Dharmmawangśa, setelah memanggil dengan hormat yang ingin sekali (mendengar) segala macam sifat baik dia, kemudian secara langsung disertai oleh acara pernikahan anak perempuan mereka dengan dia, saudara sepupu raja Jawa sebelumnya, terkenalah keberadaan jiwa yang besar di mana-mana
14. Kemudian kota yang berkilau seperti kerajaan Indra yang menyenangkan itu dengan cepat telah musnah dimakan api diselimuti oleh kepala pembunuh yang paling hina, kemudian dia (raja Airlaṅga) bersama-sama dengan Narottama tanpa dengan para abdi telah pergi ke hutan-hutan.
15. pada tahun raja śāka 941 (1019 masehi), tahun yang agung telah berlalu paro terang bulan Māgha tanggal tiga belas, menghadaplah para abdi dan para Brahmana dengan senang serta tundukan hormat menuju ke Śrī paduka raja Lokeśvara Nīralaṅga meminta (pada) nya untuk melindungi perbatasan-perbatasan tempat kediaman, yang di dapatkannya kembali.
16. Setelah mentasbihkan dirinya, dia menentramkan kerajaan besar ini. Raja
dengan kemampuan telah menaklukan sekawanan tangan musuh di jari-jari roda (kereta perang). Meskipun hari ini ia ibarat melewati permukaan (milik) gulungan ular yang tak dapat dihitung, dia kembali pulang dan tidak berubah dari sebelumnya.
17. Dia memerintah bumi Jawa, semua makhluk menikmati bumi tanpa musuh, keturunan raja berkecukupan, mereka menikmati hasil (bumi), ah, meskipun begitu, Śrī paduka raja Jalalaṅgadewa yang merupakan (keturunan) leluhur tertinggi yang terkemuka duduk di singgasana raja, dia merayakan hingga malam, tapi, perselisihan para musuh selalu menjelajahi di permukaan bumi (perselisihan akan selalu menanti dimana-mana).
18. Raja memiliki pahatan tengkorak dan sepasang kaki di singgasana yang abadi, hari demi hari duduk dengan para mentri membicarakan pertimbangan yang mendalam yang memperjelas segala tujuan utamanya, diikuti oleh wanita yang berseri-seri (wajahnya), berkemah dengan para pahlawan, mereka menjadi kagum seperti ketika penaklukan kepandaian yang sangat banyak yang telah dikuasai olehnya tak dapat disanggah untuk menang.
19. suamiku yang sangat mencintai anak-anak dan saya, meninggal ketika berhubungan akan menjalankan perintah yang harus dilakukan kecuali dengan kemenangan, engkau yang dikenal di dunia memiliki rasa iba pada pengikut lainnya, mengapa tidak melindungi? untuk apa wahai raja? dimanakah rasa belas kasih? demikianlah istri seorang musuh
…..dipertemukan dengan raja
20. Dahulu kala adalah ia, seseorang yang berharap untuk lepas yang menyerupai penyucian memuji kemurahan hati seseorang dari pintu masuk surga Indra seperti yang telah dipersiapkan olehnya mantra-mantra untuk
raja yang datang dari seorang murid
21. Siapa yang memiliki kemuliaan tiga dunia? Mengapa tidak menyusun warisan berbagai penjelmaan Yaksa yang agung? Mengapa bergantung oleh perasaaan nafsu yang menggebu, wahai budak nafsu? Dan siapapun
yang telah dibuatkan gading gajah Indra yang terkenal dia yang dihormati pada siang dan malam
22. …..mengenai cara-cara berucap dewa Indra, di perilaku kekuatan hukum dewa Yama, dia yang membagikan warisan (Kuvera) kesejahteraan di kelompok peminta. Marilah bersama-sama memegang (menaati)………,
Demikianlah, dari sekian banyak para pelindung dunia hanya satu yang telah dipilih lebih dekat oleh Pencipta (Brahma)
23. dahulu kala adalah ia, kehancuran seorang raja (bernama) Wīṣṇuprabhāwa kemudian berturut-turut anak laki-lakinya yang berjiwa besar….. dariku, ketika tahun raja śaka 951 (1029 masehi) tanggal 11 ….bulan Phalguṇa
24. Seseorang lainnya yang buruk sifatnya (bernama) raja Panud ̣ ā bebas menghancurkan seperti Rahwana dia pergi menyebabkan derita ketika tahun raja saka 952 (1030 masehi), pergi dengan nafsu yang disenangi ke….. dia dikalahkan dengan cepat
25. kemudian segera setelah itu anak raja itu yang berhasrat ingin menaklukan telah mendapatkan kehancuran, pergi tak bersisa, kemudian serangan raja tiba-tiba yang berulang-ulang menuju ke penguasa ketika tahun śaka 953 (1031 masehi) musim hujan yang telah berlalu raja tanpa kekuatan militer keliling kota-kotanya dengan tenang
26. dahulu kala adalah ia seorang penjahat wanita seperti raksasa yang penuh dengan hal yang berbahaya tanpa kekuatan, dengan pedang ketakutan telah pergi jauh ketika tahun śaka 954 (1032 masehi) raja menuju ke raungan tanda kemenangan untuk merayakan kemasyhuran itu.
27. bagai raja naga yang menjilat (dengan) kobaran api, terbakar segala penjuru dari selatan ke selatan, ketika abdi (pelayan), pemimpin kaum pendeta, dan petapa telah mendapatkan hadiah yang berlimpah, kemudian ia membungkukkan jiwa setelah dibawa pada keterkenalan
28. berada dari puncak kegemilangan, kemudian ketika tahun raja śāka 957 (1035 masehi) yang telah berlalu paro terang bulan Caitra tanggal 13 tithi hari Rabu yang suci dengan para tentara kuat yang tidak terhitung bersiap keluar pada Raja Wijaya yang berada di arah sebelah barat, raja kami yang dihormati dunia ikut menaklukan bersama-sama
29. kemudian ketika tahun śāka 959 (1037 masehi) tanggal 8 hari Kamis paro terang bulan kārtika para prajurit telah mengambil tipu daya itu (dari) kitab Waiṣṇugupta, pengerahan tenaga oleh masyarakatnya sendiri secara langsung, kemudian dia, raja Wijayawarma runtuh.
30. ketika tahun raja śāka 959 pada bulan yang belum terselesaikan, hari Kamis tanggal 15 bulan Kārttika. Dia, raja pulau Jawa yang hebat kini menang, duduk di atas singgasana permata menyandarkan kakinya di kepala musuh
31. Raja Jalalaṅgadewa adalah pemimpin penakluk bagian timur pada awalnya, kemudian menaklukan semua musuh di semua arah dengan berbagai perlindungan dibawah payung tunggal. Saat ini adalah kemenangan raja, ia didekap oleh lengan-lengan yang indah, yang disembunyikan dan tidak akan terlihat
32. kemudian penaklukan musuh-musuh dengan tindakan kepahlawanan yang berani dengan tipu daya juga keberanian yang pastinya tak dapat dihentikan, dengan ketaatan janji yang sungguh-sungguh sebagaimana
adanya….dewa, telah menjadi kebaikan raja yang agung ia membuat pertapaan suci yang indah di lereng dari Pegunungan Pugawat. Śri paduka raja Nīralaṅga panjang usia.
33. Dengarlah kalian pertapaan bangsawan ini yang merupakan taman yang sangat indah lagi menyenangkan yang kini telah ada. Mereka pergi melanjutkan bersama-sama juga saling mendahului, banyak mata terpana melihat karangan bunga sebagai awal kegembiraan para pembuat, bermulalah gemerincing nyanyian doa mereka panjatkan, pemimpin ini menunjukkan rasa hormat dengan keagungannya yang patut dihargai sebagai Manu diantara raja-raja yang penuh kehinaan
34. warga berdoa “berjalanlah ia dijalan kebaikan, mentri kembali pada aturan hukum, pendeta mempunyai kepedulian yang baik” demikian ditundukkan permohonan, ia hidup di kerajaan dengan senyuman, ia melindungi, ia
memimpin kemudian meletakkan lawanmu disisi hukum demikianlah, semoga ia, Śrī paduka raja Jalalaṅgadewa semoga panjang usia.