Sooko- Frengkianto (32), perajin jilbab di Dusun/Desa Brangkal, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto mengebut produksinya. Karena ia harus memenuhi pesanan para hijaber yang sangat tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Pesanan yang ia terima mencapai 1.000 sampai 3.000 jilbab per hari.
1 dari 11

Frengki fokus memproduksi jilbab model Bella Square atau jilbab segi empat. Karena jilbab model ini lebih nyaman dipakai serta mudah dibentuk untuk beragam gaya. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Bapak anak satu ini mengebut proses produksinya sejak sepekan sebelum Ramadan. Awalnya, kain dipotong dengan ukuran 115 x 115 cm. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Bahan bakunnya menggunakan kain polikatun yang didatangkan dari Bandung, Jabar. Kain tersebut campuran 50 persen poliester dan 50 persen katun. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Selanjutnya setiap potongan kain dijahit dengan mesin. Tujuannya sebatas merapikan bekas potongan. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Frengki mempekerjakan 5 penjahit sekaligus untuk mempercepat produksi jilbab. Mereka nampak sangat piawai mengoperasikan mesin jatih. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Setelah dijahit, setiap jilbab lantas dilipat rapi dan dikelompokkan sesuai warna. Jilbab Bella Square buatan Frengki nampak polos, tapi tersedia hingga 90 varian warna. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Frengki mengklaim kualitas jilbabnya tak kalah dengan merek ternama. Namun, harganya jauh lebih murah, yakni Rp 11.900 per pcs. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Setiap jilbab yang sudah dilipat rapi lantas dibungkus dengan plastik bening. Pengemasan jilbab juga dikelompokkan sesuai warna. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)

Pemasaran jilbab made in Mojokerto ini mayoritas melalui marketplace. Sebelum Ramadan, penjualan jilbab segi empat ini 500-800 pcs per hari. (Foto M Gusta/Kabar Mojokerto)
(Penulis: Muhammad Gusta)