BerandaSejarahPrasasti Pucangan Jawa Kuno Berisi Maklumat Pemerintahan Raja Airlangga hingga Kisah Pembangunan...

Prasasti Pucangan Jawa Kuno Berisi Maklumat Pemerintahan Raja Airlangga hingga Kisah Pembangunan Pertapaan Suci

Mojokerto – Prasasti Pucangan Jawa Kuno menjadi bagian penting dalam pengungkapan kakuasaan Raja Airlangga penerus tahta Mataram Kuno 1019-1043 masehi. Keberadaan prasasti ini penting karena berisi maklumat pemerintahan Raja Airlangga. Salah satunya mengungkap mengenai kisah dan alasan Pertapaan Suci yang dibangun Raja Airlangga di masa pemerintahannya.

Prasasti ikonik pemerintahan Raja Airlangga yang belakangan menjadi kajian penting pasca terungkap keberadaannya ada 2, yaitu Prasasti Pucangan Jawa Kuno dan Prasasti Pucangan Sansekerta. Prasasti bahasa Sansekerta bertahun 1037 dan bahasa Jawa Kuno bertahun 1041.

Sebuah penelitian yang ditulis oleh Vernika Hapri Witasari dari program studi Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) menjelaskan, Prasasti Pucangan Jawa Kuno berisi maklumat Airlangga yang memerintahkan wilayah Pucangan, Barahem, Bapuri tanah milik Wargga Pinhai sebagai sima untuk pembangunan pertapaan suci.

Prasasti bahasa Sansekerta memiliki 34 baris, dan bahasa Jawa Kuno memiliki 46 baris.

Dalam skripsi Vernika yang berjudul “Prasasti Pucangan Sansekerta 959 Saka: Suatu Kajian Ulang” tersebut, merinci setidaknya ada beberapa pengulangan kata Pucangan diukir di Prasasti Pucangan Jawa Kuno.

Baris ke-32 berbunyi ‘patapan in Pucangan’ atau pertapaan di Pucangan.

Baris ke-37 ‘patapan i Pucangan’ atau pertapaan di Pucangan.

Baris ke-38 ‘patapan ring Pucangan’ atau pertapaan di Pucangan.

Baris ke-43 ‘san hyan dharmma patapan i Pucangan’ atau pertapaan suci Pucangan.

“Dari beberapa kalimat tersebut, jelaslah di dalam Prasasti Pucangan Sansekerta maupun Jawa Kuna menceritakan mengenai pembuatan pertapaan suci di Pucangan. Karena kedua prasasti mencantumkan nama pertapaan suci tersebut, maka kemungkinan prasasti ini disebut Prasasti Pucangan,” terang Vernika dalam skripsinya.

Vernika menjelaskan dalam Prasasti Pucangan Jawa Kuno menceritakan peristiwa serangan Raja Wurawari terhadap Kerajaan Medang Kamulan yang dipimpin Dharmawangsa Teguh.

Penyerbuan itu terjadi ketika Airlangga melangsungkan pernikahan dengan putri Dharmawangsa. Sehingga Airlangga kabur ke hutan ditemani abdinya yang bernama Narottama dan hidup sederhana.

Vernika dalam kajiannya menyatakan Prasasti Pucangan Sansekerta dan Jawa Kuno saling melengkapi satu sama lain.

Prasasti ini menjelaskan dengan lengkap mulai dari silsilah keluarga Airlangga, perjalanan Airlangga yang naik tahta tahun 941 saka atau 1019 masehi, sampai pendiri Kerajaan Kahuripan itu menumpas musuh-musuhnya tahun 959 saka atau 1037 masehi.

Begitu juga dalam penelitian Yori Akbar Setiyawan dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dengan judul “Latar Belakang Penetapan Sima Bagi Pertapaan pada Masa Pemerintahan Airlangga 1019-1043 Masehi”.

Menurut Yori, Prasasti Pucangan Jawa Kuno menyebutkan penetapan Desa Barahem, Pucangan, dan Sapuri sebagai sīma untuk menunjang pembangunan sebuah pertapaan suci. Ini merupakan bagian dari maklumat pemerintahan Raja Airlangga.

“Prasasti Pucangan berbahasa Sanskerta juga menceritakan pembangunan pertapaan suci oleh Airlangga di lereng Gunung Pugawat. Dapat disimpulkan bahwa pertapaan pada masa Jawa Kuno banyak dibangun di lereng-lereng pegunungan yang dianggap suci,” jelasnya.

Menurut Yori dalam kajian ilmiahnya, sima adalah sebidang tanah atau desa yang diberi batas dan dibebaskan dari pajak dan sejumlah kewajiban lainnya oleh raja atau pejabat tinggi. Sima diberikan kepada seseorang, kelompok, atau penduduk desa karena alasan tertentu.

Pada masa pemerintahannya, Airlangga setidaknya membuat 33 prasasti yang semuanya berisi sima.

“Alasan pemberian sima beragam, mulai dari hadiah bagi seseorang yang berjasa kepada raja, penduduk desa yang menolong raja saat perang, untuk pemeliharaan infrastruktur kerajaan, serta pemeliharaan tempat ibadah,” ungkapnya.

Peneliti Pusat Riset Prasejarah dan Sejarah, Organisasi Riset Arkeologi, Sastra, dan Bahasa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Titi Surti Nastiti menambahkan penetapan daerah Pucangan, Barahem dan Bapuri sebagai sima dilakukan Airlangga pada 6 November 1041. Penanggalan tersebut sesuai dengan isi Prasasti Pucangan Jawa Kuno.

Hal itu dilakukan untuk memenuhi janjinya ketika Pulau Jawa mengalamai pralaya sebagai akibat serangan Raja Wurawari yang menyerbu tahun 938 saka atau 1016 masehi dan mengakibatkan raja yang memerintah sebelumnya berikut beberapa pejabat tinggi lainnya tewas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular