BerandaSejarahPrasasti Pucangan Ungkap 18 Tahun Raja Airlangga Berperang Melawan Raja Wurawari, Panuda...

Prasasti Pucangan Ungkap 18 Tahun Raja Airlangga Berperang Melawan Raja Wurawari, Panuda Hingga Ratu Raksasa

Mojokerto – Prasasti Pucangan mengungkapkan banyak hal ihwal Raja Airlangga. Salah satunya terkait peperangan melawan Raja Wurawari, Panuda, hingga Ratu Raksasa. Keturunan Mpu Sindok itu melancarkan serangan kepada para musuhnya selama 18 tahun.

Prasasti berbahasa sansekerta dan jawa kuno itu kini berada di Museum Kolkata, India. Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek berencana memulangkan prasasti tersebut ke tanah air. Karena dinilai menjadi aset berharga untuk sejarah bangsa Indonesia.

Menurut Peneliti Pusat Riset Prasejarah dan Sejarah, Organisasi Riset Arkeologi, Sastra, dan Bahasa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Titi Surti Nastiti, isi prasasti tersebut yang berbahasa sansekerta menceritakan Airlangga diangkat sebagai pemimpin kerajaan Medang. Ia menggantikan Dharmawangsa Teguh setelah gugur dalam peperangan Pralaya pada tahun 1016 melawan Raja Wurawari.

Peristiwa itu terjadi Raja Airlangga menggelar pesta pernikahannya bersama menikahi Galuh Sekar. Pasukan Raja Wurawari dari Banyumas, Jateng berhasil meruntuhkan Kerajaan Medang. Petinggi Kerajaan Medang pun banyak yang gugur. Sedangkan Airlangga berhasil melarikan diri.

“Airlangga kemudian didatangi rakyat yang dipimpin oleh para brahmana, mereka meminta agar Airlangga bersedia menjadi raja,” kata Titi.

Setelah lama bersembunyi dan menghimpun kekuatan, Airlangga mulai melancarkan serangan balasan kepada kerajaan-kerajaan kecil yang terlibat dalam Pralaya Medang, termasuk Wengker.

Vernika Hapri Witasari dalam skripsinya tahun 2009 berjudul Prasasti Pucangan Sansekerta 959 Saka: Suatu Kajian Ulang memaparkan lebih rinci perjuangan Airlangga menumpas semua musuhnya. Pasca peristiwa Pralaya, Airlangga menyelamatkan diri ke hutan bersama abdinya, Narottama.

Setelah lama bersembunyi dan menghimpun kekkuatan, Raja Airlangga mulai balas dendam dan melancarkan serangan balasan. Ia menyerang kerajaan Raja Wurawari yang bersekutu dengan kerajaan Sriwijaya.

Selain itu, Raja Panuda atau Wengker juga termasuk sasaran aksi balas dendam. Sebab, Raja Panuda turut serta menyerang kerajaan  Medang Kamulan dalam peristiwa Pralaya.

“Raja Airlangga pun menyerang raja Wurawari yang telah memporakporandakan kerajaan leluhurnya dahulu, hingga kekuatan Raja Wengker yang hingga dua kali menyerang sang raja. Disini terlihatlah musuh-musuh yang hebat pun sanggup dikalahkan oleh raja Airlangga demi ketenteraman negaranya,” beber Vernika.

Berdasarkan data dari Prasasti Pucangan Jawa Kuno dan Sansekerta, lanjut Vernika, Airlangga dengan kekuatan tentara yang sangat besar menyerang Raja Wengker atau Panuda di Madiun tahun 952 saka atau 1030 masehi. Di daerah itulah Raja Panuda ditangkap dan dihabisi oleh Airlangga, yang juga menghancurkan seluruh istananya.

Airlangga kemudian mengumumkan kepada penduduk bahwa Kerajaan Wengker telah hancur dan wilayahnya berada di bawah kekuasaannya. Ternyata, penguasa Wengker berhasil bangkit, kemudian membangun keraton di Tapa dan memberontak lagi. Pada 1037, pemberontakan itu kembali ditumpas oleh Raja Airlangga di Sarasa.

Sayangnya Prasasti Pucangan, menurut Vernika tak menjelaskan Raja Wengker berhasil dibunuh atau sekadar ditahan. Namun, di dalam Prasasti Pucangan tertera perang yang dijalani Airlangga selama 18 tahun pun berakhir.

“Secara singkat tokoh yang dijelaskan maupun tahun penyerangannya berjalan sama. Ini memperkuat bahwa Raja Wengker yang dimaksud dalam Prasasti Pucangan Jawa Kuno adalah raja yang bernama Wijayawarmma,” ungkapnya.

Menariknya, lanjut Vernika, ketika berperang dengan Wengker, Airlangga juga menghadapi ratu seperti raksasa. Hal itu termaktub dalam bait ke-26 di Prasasti Pucangan Sansekerta. Disebutkan terdapat seorang wanita yang sangat kuat seperti raksasa. Segala sesuatu tentang wanita ini penuh ketakutan dan kekuatan jahat.

“Kemungkinan pada tahun yang sama tersebut Raja Airlangga menghadapi dua raja sekaligus (satu wanita) yang raja wanita tersebut tidak dikenal dalam prasasti maupun naskah,” tandasnya.

Bait-bait berikutnya Prasasti Pucangan Sansekerta memaparkan beberapa pertempuran yang dimenangkan Airlangga. Pendiri Kerajaan Kahuripan atau Panjalu ini berhasil menduduki tahta dengan meletakkan kakinya di atas kepala semua musuhnya tahun 959 saka atau 1037 masehi.

“Selanjutnya disebutkan juga bahwa Airlangga mendirikan sebuah pertapaan di Pugawat sebagai tanda terima kasihnya kepada para dewa,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular