BerandaSejarahPuskesmas Kutorejo Aktif Pantau Ibu Hamil Sejak Dini Untuk Cegah Stunting dan...

Puskesmas Kutorejo Aktif Pantau Ibu Hamil Sejak Dini Untuk Cegah Stunting dan AKI

Kutorejo – Puskesmas Kutorejo terus berupaya meningkatkan perhatian penanggulangan stunting dan Kematian Ibu Hamil (AKI) dengan memantau perkembangan ibu hamil sejak dini.

Kepala Puskesmas Kutorejo, Wilis Puspitadewi Anggraini mengatakan, tenaga medis dan kader kesehatan bersama lintas sektor selama ini bekerjasama menangani ibu hamil di desa-desa.

Menurut dia, tak jarang ditemukan ibu hamil yang menyembunyikan kehamilannya. Penyebabnya ada dua hal. Yakni, hamil karena diluar nikah dan hamil di usia tua.


“Kalau kita tahu ada ibu hamil bersembunyi langsung kita datangi bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Mereka kita beri pemahaman dan edukasi terkait menjaga kesehatan bayi,” katanya kepada kabarmojokerto.id.

Ia menjelaskan, pemantaun kehamilan sejak dini ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui menjaga kesehatan ibu dan kandungan. Sebab, jika hanya datang ke Puskesmas pada saat bersalin dan tanpa ada riwayat pemeriksaan, dikhawatirkan terjadi komplikasi.

“Kalau datang hanya saat bersalin kami tidak berani melayani karena tidak tahu riwayat pemeriksaan.  Biasanya langsung kami rujuk ke Rumah Sakit,” ungkapnya.

Masih kata Wilis, terdapat tiga penyakit infeksi yang sangat rentan untuk ditransmisikan dari ibu kepada janin yaitu infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B. Ketiga infeksi dan penyakit ini dapat menyebabkan morbiditas, disabilitas dan kematian bagi ibu dan bisa menurunkan kualitas hidup anak yang terdampak.

“Risiko penularan penyakit harus menjadi perhatian besar bagi masyarakat agar lebih sadar mengenai bahaya infeksi ini, baik bagi ibu maupun bagi anaknya,” ujarnya.


Pola penularan dari penyakit tersebut relatif sama, yaitu dari hubungan seksual, pertukaran atau kontaminasi darah dan secara vertikal dari ibu ke anak, baik selama dalam kandungan, dalam prosese persalinan, maupun saat menyusui.

Dalam rangka memutus rantai penularan penyakit infeksi pada ibu hamil, Puskesmas Kutorejo rutin memberikan penyuluhan di Posyandu maupun pelayanan dari jejaring Poned.

“Transmisi infeksi ini dari ibu kepada anak dapat dicegah dengan intervensi yang sederhana dan efektif yaitu berupa deteksi awal atau skrining saat awal kehamilan, pengobatan sedini mungkin ketika sudah terdiagnosis, dan imunisasi. Kita dampingi mereka mulai mengandung hingga proses bersalin,” terangnya.

Salah satu target utama Puskesmas Kutorejo adalah menurunkan angka kematian ibu dan kematian Balita. Pemeriksaan antenatal yang berkualitas dan teratur selama kehamilan akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.

Pemeriksaan ibu hamil atau antenatal care (ANC) dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan layanan esensial bagi Ibu hamil. Dalam 6 kali pemeriksaan ibu hamil tersebut, dua kali di antaranya harus diperiksa oleh dokter dan di USG.

“Nantinya akan terlihat dan terdeteksi lebih cepat pada saat hamil apabila ada kelainan dan risiko komplikasi persalinan yang mungkin terjadi,” ujarnya.


Pemeriksaan kehamilan terdiri dari pemeriksaan fisik dan juga laboratorium. Pemeriksaan kesehatan laboratorium merupakan upaya untuk deteksi dini terhadap penyakit. Ibu hamil wajib menjalani pemeriksaan laboratorium sebanyak 1 kali selama kehamilan.

“Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan di Puskesmas dan Posyandu di Desa-desa,” katanya Wilis.

Sedangkan untuk penanganan stunting ada dua cara yang dilakukan yakni sensitif dan spesifik. Secara sensitif dikerjakan oleh lintas sektoral. Seperti melakukan program mulai dari remaja perempuan memberikan tablet tambah darah.

Kemudian calon pegantin sekalian penyuluhan juga memberikan tambahan darah saat hamil lalu kalau ada ibu hamil yang kekurangan energi kalori (KEK) dan lengannya kurang dari 35 cm maka diberikan makanan tambahan.

“Diharapkan juga jika ibunya sehat maka bayinya akan sehat. Jika memang nanti anaknya lahir kurang gizi maka diberikan pemberian makanan tambahan bagi bayinya setelah enam bulan dan kita pantau terus terhadap yang stunting,” teranh Wilis.

Untuk upaya yang dilakukan itu pihaknya akan terus memantau melalui puskesmas, posyandu dan polindes sehinga mengetahui nama dan alamat untuk mempermudah intervensi dan langkah penanggulangan yang dilakukan.

“Kader Posyandu dan tenaga kesehatan di  juga memberi Penyuluhan yang diberikan di Posyandu. Hasil dari penyuluhan ini harus dipraktikkan di rumah supaya Balita mendapatkan asupan makanan bergizi, sehingga daya tahan tubuhnya menjadi lebih baik, dan anak jarang sakit, terhindar dari risiko stunting,” paparnya.

Penulis : Herman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular