Jetis- Perubahan musim dari hujan ke kemarau (pancaroba) menyebabkan tubuh rentan sakit. Sobat Karmo mesti mewaspadai 4 penyakit yang marak selama pancaroba. Yaitu ISPA, diare, cacar air dan difteri.
Dokter Umum Puskesmas Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto dr Indra Karno mengatakan ISPA dan diare banyak diderita masyarakat selama musim pancaroba. Pasien yang datang berobat dari anak-anak sampai dewasa.
“Hampir tiap hari ada pasien ISPA, jumlahnya sehari rata-rata 4-5 pasien,” kata dr Indra kepada kabarmojokerto.id di kantornya, Kamis (2/3/2023).
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), lanjut dr Indra, ditandai dengan batuk, pilek, sakit tenggorokan dan demam. Meski terkesan ringan, penyakit ini harus diwaspadai. Terutama bagi bayi dan anak-anak.
Karena ISPA pada anak-anak bisa memicu komplikasi bronkopneumonia dan faringitis atau infeksi tenggorokan. Menurutnya, bronkopneumonia atau infeksi bronkus dan alveolus pada paru-paru bisa mematikan bagi bayi.
Sedangkan faringitis pada anak harus diobati secara tepat. Infeksi pada tonsil atau amandel itu membutuhkan pengobatan setidaknya 10-14 hari agar anak benar-benar sembuh.
“Kalau kurang dari itu, kumannya ke mana-mana bisa menyebabkan komplikasi infeksi tulang, gangguan katup jantung, sindroman nefritis atau gangguan ginjal,” jelasnya.
Penyakit diare juga banyak menyerang masyarakat di 9 desa wilayah Puskesmas Kupang. Yaitu Desa Jolotundo, Mojorejo, Sawo, Kupang, Banjarsari, Ngabar, Canggu, Penompo dan Mlirip.
“Hampir tiap hari ada pasien diare, sehari rata-rata 1-2 pasien datang berobat,” ungkapnya.
Seperti Sobat Karmo ketahui, diare ditandai dengan buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam sehari. Kemudian kotoran yang dikeluarkan cair atau lembek.
dr Indra menjelaskan, varisela atau cacar air dan difteri juga patut diwaspadai masyarakat selama musim pancaroba. Gejala varisela meliputi demam, sehari kemudian keluar bintil-bintil di tubuh. Jika tidak segera diobati, terjadi infeksi bernanah menjadi varisela dengan infeksi sekunder.
“Penularannya lewat udara, kulit penderita yang mengelupas, terhirup orang lain. Masa inkubasinya 10-20 hari,” jelasnya.
Sedangkan difteri baru ditemukan 1 kasus anak usia 7 tahun di Desa Ngabar, Kecamatan Jetis yang diduga tertular di Kota Mojokerto. Gejala penyakit ini mirip dengan ISPA. Hanya saja terdapat pseudomembran atau lapisan putih keabu-abuan di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.
“Kalau sudah terjadi satu kasus, bisa KLB. Maka dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI), sosialisasi di tempat dan penyuntikan anak usia 1-7 tahun. Karena biasanya difteri menyerang anak-anak,” bebernya.
Agar terhindar dari 4 penyakit tersebut, dr Indra menyarankan masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), makan makanan bergizi seimbang, mengonsumsi sayur dan buah, serta memastikan rumah mempunyai sanitasi yang baik.
Disiplin memakai masker juga tak kalah penting. Karena masker menyaring bakteri dan debu agar tidak masuk ke saluran pernapasan. Selain itu, memakai masker ketika berkendara juga mencegah terjadinya paru-paru basah.
“Karena kalau udara masuk ke paru dengan kecepatan tinggi dengan suhu dingin, menyebabkan iritasi saluran napas bawah sehingga terjadi paru-paru basah,” pungkasnya.