BerandaSejarahTingkatkan Pemeriksaan Tuberkulosis, Puskesmas Dlangggu Punya Inovasi Kursi Kulo

Tingkatkan Pemeriksaan Tuberkulosis, Puskesmas Dlangggu Punya Inovasi Kursi Kulo

Dlanggu – Puskesmas Dlanggu mempunyai langkah strategis untuk meningkatkan pemeriksaan terhadap penderita tuberkulosis (TB). Yakni, Inovasi Kursi Kulo.

Inovasi Kursi Kulo ini merupakan akronim dari kunjungan rumah pasien tuberkulosis. Dimana, petugas medis Puskesmas Dlanggu terjun ke rumah-rumah warga untuk mengidentifikasi kasus TBC secara aktif dan masif yang melibatkan para kader kesehatan.

Kepala Puskesmas Dlanggu, Ahmad Ziaul Haq mengatakan, pada tahun 2022 capaian kasus TB di wilayah Puskesmas belum memenuhi target. Saat itu, capaian kasus TBC Puskesmas Dlanggu capaiannya hanya 42 persen.

“Sehubungan dengan target eliminasi TB 100 persen di tahun ini (2023), maka perlu upaya-upaya strategis untuk dapat mencapai target tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan penemuan kasus dengan melakukan ketuk pintu melalui kader-kader TBC yang ada di masyarakat,” katanya kepada kabarmojokerto.id.


Ziaul Haq menjabarkan, ada petugas dan kader yang telah ditunjuk untuk dapat melakukan kunjungan rumah dalam rangka memberikan informasi mengenai TBC, sekaligus melakukan Skrinning (pemilahan) untuk menemukan orang yang terduga terkena penyakit TBC.

Setelah menemukan terduga TB, selanjutnya petugas merujuk orang tersebut ke fasilitas kesehatan atau Puskesmas terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Bagi penderita TB akan diberikan pengobatan dengan obat yang berkualitas yang disediakan pemerintah pada seluruh Puskesmas secara gratis.

“Untuk pemeriksaan awal kita tes darah di Labkesda. Kalau hasilnya positif, maka kita lanjut tes HIV terlebih dahulu, karena pengobatan pasien TBC biasa dan TBC HIV tidak sama,” jelasnya.

Ia menerangkan, bahwa penyakit tuberkulosis adalah Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (TBC). Biasanya menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lain seperti kulit, tulang dan lain sebagainya.

“Tanda dan gejala TBC yang dapat kita lihat adalah terdapat batuk berdahak terus menerus selama dua minggu atau lebih, batuk darah atau dahak bercampur darah, sesak nafas, lemas, nyeri dada, nafsu makan kurang, berat badan menurun, demam meriang lebih satu bulan dan berkeringat malam tanpa kegiatan fisik,” papar Ziaul Haq.

Persoalan lain dalam penyakit TBC yaitu stigma yang ada pada masyarakat terkadang berpengaruh pada penderita TBC. Sehingga, lanjut Ziaul Haq, tak  jarang banyak masyarakat menolak ketika hendak dilakukan pemeriksaan.

“Ketika dalam satu dusun ditemukan pasien TBC, langkah selanjutnya adalah memeriksa keluaraga dan 20 rumah disekitar rumah penderita TBC,” paparnya.

Saat berkunjung ke rumah warga, petugas juga memberikan edukasi serta imbauan agar tidak membuat  penderita makin menderita dengan tidak mengucilkannya. Bila perlu warga turut memotivasi penderita agar teratur meminum obat sampai sembuh.


Masih kata Ziaul Haq, ads beberapa cara pencegahan penularan pada TBC. Pertama, jika batuk, sebaiknya menutup mulut dengan menggunakan kain atau tisu. Kedua, tidak meludah di sembarang tempat. Ketiga, mengindari rokok, bagadang dan minuman keras, dan cukuplah istirahat.

 

“Kamar tidur penderita haruslah terpisah untuk beberapa lama sampai hasil labor negatif, Kamar sebaiknya cukup luas, cukup ventilasi, terang, tidak lembab, masuk cahaya matahari langsung, Kasur sering dijemur, kain tidur dijemur dan dicuci,” ungkapnya.

Beberapa tindakan pencegahan lain terhadap TBC adalah minum obat secara teratur, menghindari resistensi kuman, dan menjaga pola makan. “Menu gizi harus seimbang serta memperhatikan keadaan rumah agar cukup cahaya dan ventilasi udara,”‘pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kabar Popular