Dawarblandong – UPT Puskesmas Dawarblandong memiliki program khusus mengontrol dan menanggulangi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Saat ini, tercatat jumlah pasien ODGJ yang terpantau di wilayah Dawarblandong mencapi 130 orang.
Kepala UPT Puskesmas Dawarblandong, Deny Setiawan mengatakan, pihaknya telah membetuk kader kesehatan jiwa di setiap desa dan Posyandu Jiwa. Mereka bertugas mengevakuasi, mengidentifikasi, serta mendeteksi dini risiko gangguan jiwa di lingkungan sekitarnya. Dalam menjalankan tugasnya, mereka bersinergi dengan tim reaksi cepat (TRC) UPT Puskemas Dawarblandong.
Selain itu, para kader kesehatan jiwa ini juga bertugas melaporkan dan mencatat segala kasus baru dan memantau perkembangan kondisi pasien ODGJ di wilayah masing-masing.
“Tim TRC itu terdiri dari 3 orang, yaitu 1 driver ambulans, 1 perawat, dan 1 dokter. Mereka dibantu kader jiwa. Setiap desa memiliki 4 orang karer jiwa. Mereka pun telah dilatih,” katanya kepada kabarmojokerto.id.
Tak hanya melibatkan kader jiwa, personel Koramil dan Polsek Dawarblandong juga turut membantu penanganan ODGJ. Sebab, pasien ODGJ kerap kali mengamuk hingga membawa senjata tajam.
Sejauh ini, UPT Puskesmas Dawarblandong masih memiliki satu posyandu berada di Desa Suru. Karena pasien ODGJ paling banyak berasal dari Desa Suru. Saat ini terpantau ada 10 ODGJ.
Cara ini dinilai sukses mengidentifikasi ODGJ sejak dini. Di Tahun 2022, ada 105 ODGJ tidak terpantau dan terkontrol. Kini 80 dari 105 ODGJ telah terkontrol tim TRC dan kader jiwa.
“Dengan adanya posyandu kita berharap mereka (ODGJ) bisa berobat secara teratur dan terpantau. Kalau tidak mau berobat mereka bisa tiba-tiba mengamuk, lalu muncul halusinasinya,” terang Deny.
Deny menjelaskan, tim TRC dan Poli Jiwa mempunyai ranacangan inovasi program untuk mengontrol pasien ODGJ bekerjasam dengan Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto. Yakni, mengontrol kondisi pasien ODGJ di setiap rumah dan melakukan pemberdayaan.
Ia pun berharap tersedianya shelter atau tempat penanganan untuk menampung ODGJ. Disana, meraka akan diberikan makan dan obat-obatan secara teratur serta dibuatkan kegiatan keterampilan.
“Jadi kalau ODGJ diam itu halusinasi bisa mucul. Maka dari itu harus dikasih kegiatan. Kegiatan-kegiatan skill misalnya, seperti mengecat,” ujarnya.
Menurutnya, banyak faktor penyebab seseorang menjadi ODGJ. Diantaranya, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial.
“Secara kasat mata memang tidak menular, tapi kalau ngobrol dengan ODGJ juga bisa ikut. Ada juga faktor genetik. Seseorang yang mempunyai genetik ODGJ apabila sering berinteraksi dengan ODGJ ya bisa terkena juga,” ungkapnya.
Ia menambahkan, program penangan pasien ODGJ ini bukan menurunkan jumlahnya, melainkan untuk mengontrol.
“Tugasnya Poli Jiwa itu nanti turun mendatangi rumah-rumah ODGJ yang tidak mau berobat dan kontrol. Nanti mereka memberi pemahaman kepada pihak keluarga dari ODGJ tentang pentingnya berobat dan dampak ODGJ kepada orang banyak,” pungkas Deny.